JabarKapayun.com, BOGOR – Puluhan warga yang mengaku keturunan Mbah Maje atau Eyang Muhammad Jarman di Desa Kutamekar, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat turun ke jalan, Jumat (4/11/2023).
Pasalnya, mereka mengklaim lahan seluas kurang lebih 7.000 meter persegi tersebut merupakan makam leluhur yang rencananya akan digusur dan direlokasi oleh pemerintah pusat akibat terdampak pembangunan Proyek Bendungan Cibeet.
Aksi damai ini dilakukan sebagai bentuk protes sekaligus penolakan agar pemerintah pusat memindahkan As Bendungan Cibeet agar tidak melewati lahan makam leluhur yang dianggap warga adalah makam keramat.
Dalam aksi ini, warga membawa berbagai macam spanduk yang akan dipasang di tujuh titik di Desa Kuta Mekar. Spanduk bertuliskan penolakan terhadap rencana pemerintah pusat yang akan merelokasi makam leluhur tersebut.
Dalam orasinya, salah satu masyarakat meminta pemerintah pusat agar dapat memindahkan penempatan As Bendungan yang memakan lahan pemakaman leluhur dan mengkaji ulang penempatan As Bendungan yang memakan lahan pemakaman leluhur tersebut.
“Kami minta pemerintah pusat mengkaji ulang penempatan As Bendungan Cibeet agar tidak memakai lahan pemakaman leluhur kami,” ujar Karman dalam orasinya, mewakili warga.
Menurutnya, dengan rencana proyek Bendungan Cibeet tersebut, jalan kabupaten yang melintasi Desa Kuta Mekar terkena imbas seperti rusak dan tidak ada perbaikan. Yang mana jalan tersebut sebetulnya sudah tidak layak untuk dilewati kendaraan.
“Jalan hancur dan rusak, kalau musim kemarau debu beterbangan ke mana-mana. Sedangkan kalau musim hujan sudah seperti kubangan kerbau. Ini dampak dari lalu lalang kendaraan proyek Bendungan Cibeet,” katanya.
Selain itu, katanya, bahwa keturunan dari leluhur yang ada di Desa Kutamekar dan luar desa tidak akan melepas tanah leluhurnya walaupun pemerintah pusat mengganti dengan harga mahal.
“Keturunan leluhur Mbah Maje serta ahli warisnya sudah sepakat dan komitmen tidak akan melepaskan tanah leluhur mereka digusur atau direlokasi meskipun diganti untung,” tegasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, masyarakat juga berharap agar lahan pertanian yang menjadi pokok mata pencaharian tidak dijadikan bendungan secara keseluruhan.
“Masyarakat berharap lahan pertanian yang ada saat ini tidak pakai untuk jalur Bendungan Cibeet,” harapnya.
Sementara Kepala Desa Kutamekar, Uteng memohon agar makam-makam para leluhur tersebut tidak diganggu dengan adanya proyek pembangunan Bendungan Cibeet, karena para keturunan makam tersebut sudah menyampaikan keberatan.
“Saya mohon lahan makam leluhur tersebut jangan diganggu, bahkan seluruh keturunan dari luar Desa Kutamekar sudah menyampaikan kepada saya agar menyampaikan keberatannya kepada pemerintah pusat agar dikaji ulang untuk mengeser As Bendungan Cibeet,” ucapnya.
Pada dasarnya, kata Uteng, masyarakat tidak menolak program pembangunan Bendungan Cibeet, hanya saja rencana pemindahan lahan makam leluhur tersebut dikaji ulang oleh pemerintah pusat agar mengeser As Bendungan dan mencari lahan lain.
“Saya mewakili masyarakat Desa Kutamekar tidak menolak program bendungan Cibeet, kami berharap agar mencari lokasi yang pas tanpa menggangu makam leluhur kami, terutama tidak banyak merendam pemukiman,” tutupnya. (Jaya)
Comments